Dr. dr. Hisnindarsyah, SpKL. Subsp.KT(K),SE., M.Kes., MH., C.FEM, FISQua, FRSPH (Surveyor LAFKI/Konsultan hiperbarik RSKM Cilegon)
Kecantikan adalah sebuah wilayah yang tak pernah berhenti menawarkan misteri dan rahasia. Di tengah lautan produk dan prosedur kecantikan, terdapat satu teknologi yang kian menarik perhatian: Terapi Oksigen Hiperbarik (HBOT). Sebuah artikel terbaru yang diterbitkan di Journal of Cosmetic Dermatology memaparkan sebuah pandangan kritis terhadap peran, keamanan, dan efikasi HBOT dalam praktik kecantikan. Dalam ruang hampa tekanan yang diperkaya dengan oksigen, HBOT menjanjikan regenerasi kulit yang luar biasa. Namun, seiring dengan janji-janji tersebut, muncul pula pertanyaan kritis akan keamanan dan efektivitasnya.
Dalam sebuah perjalanan melintasi lautan ilmu pengetahuan, para peneliti Juanita Parnis, Anna Maria Fenech Magrin, dan Haidar Hassan telah mengeksplorasi kedalaman terapi ini. Mereka menyelami bukti-bukti yang tersedia, mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menggelitik pikiran. Dalam prosesnya, terungkaplah potensi HBOT dalam mengurangi tingkat kerontokan rambut pasca transplantasi (27.6% vs. 69.1%) dalam studi dengan tingkat bukti level II. Namun demikian, pencapaian akhir antara kelompok yang menjalani HBOT dan kelompok kontrol tetap serupa.
Para peneliti juga menemukan bahwa HBOT meningkatkan panjang serat elastis (p ≤ 0.0001, effect size = 2.71) dan mengurangi fragmentasi serat (p = 0.012), serta meningkatkan densitas serat kolagen (p = 0.0001, effect size = 1.10) dalam studi dengan tingkat bukti level III. Namun, tidak terlihat dampak signifikan dari vitamin antioksidan A, C, dan E bersama HBOT. Respons inflamasi menurun secara signifikan setelah 7 hari HBOT dengan penurunan ekspresi IL-12p40, MIP-1β, dan PDGF-BB serta peningkatan ekspresi IL-1Ra. Bahkan, HBOT digunakan secara profilaksis sebelum abdominoplasti untuk mengurangi risiko komplikasi, yang menunjukkan penurunan komplikasi dari 32.6% menjadi 8.4% dengan p < 0.001.
Namun demikian, seperti sinar matahari yang terhalang awan kelabu, terdapat keraguan yang mengelilingi HBOT dalam praktik kecantikan. Ada pertanyaan tentang mekanisme aksi HBOT yang berpotensi memberikan efek yang menguntungkan secara estetik, dan apakah pengobatan ini dapat dibenarkan. Sejauh ini, belum ada kesimpulan yang dapat diandalkan. Perlu dilakukan uji klinis acak dengan pemantauan lebih lama dan seleksi pasien yang lebih baik untuk mencapai kesimpulan yang dapat dipercaya.
Namun, dalam lautan ini, cahaya kebenaran masih bersinar. Tulisan ini bukan hanya menggambarkan ambiguitas, tetapi juga menggarisbawahi potensi luar biasa dari HBOT dalam merajut kembali keindahan kulit yang pudar. Ini adalah suatu dorongan bagi ilmuwan dan praktisi kecantikan untuk terus mengeksplorasi, menggali setiap potongan bukti, dan menyusunnya menjadi gambaran yang lebih utuh.
Sebagai manusia, kita sering kali terjebak dalam keinginan untuk menemukan jawaban yang pasti, tetapi mungkin kebenaran sejati bukanlah tujuan yang harus kita kejar, melainkan proses penemuan itu sendiri. Seperti matahari yang terbit setiap pagi, kebenaran yang sejati akan terus bersinar, membimbing kita melalui lautan yang dalam dan gelap, menuju pencerahan yang sejati. Dan dalam pencerahan itulah, kita akan menemukan kecantikan yang sesungguhnya—bukan hanya di kulit yang kita pandang, tetapi juga di dalam diri kita yang penuh dengan misteri dan rahasia. (Parnis, J., Magrin, A. M. F., & Hassan, H. (2024). The role, safety, and efficacy of hyperbaric oxygen therapy in aesthetic practice-An evidence-based review. Journal of cosmetic dermatology, 10.1111/jocd.16228. Advance online publication. https://doi.org/10.1111/jocd.16228)
Post a Comment