Penggunaan terapi hiperbarik yang pertama kali didokumentasikan sebenarnya datang sebelum ditemukannya molekul oksigen.
Pada tahun 1662, dokter asal Inggris bernama Nathaniel Henshaw, menggunakan suatu sistem untuk mengubah tekanan atmosfer di ruang tertutup yang disebut domicilium.
Domicilium ini dapat menciptakan lingkungan untuk mengubah tekanan atmosfer. Meskipun tidak memiliki dasar ilmiah untuk teorinya, Henshaw percaya bahwa kondisi akut atau kronis akan mendapat manfaat kesehatan dari peningkatan atau penurunan tekanan udara.
Menurut Henshaw, "Pada saat kesehatan seseorang baik, tidak sakit, domicilium dapat digunakan sebagai cara yang baik untuk membantu pencernaan, untuk meningkatkan pernapasan dan berguna untuk pencegahan sebagian besar penyakit paru-paru."
Henshaw hanya memberikan peningkatan dan penurunan tekanan udara tanpa meningkatkan konsentrasi oksigennya. Molekul oksigen tidak ditemukan sampai tahun 1773 oleh apoteker Swedia, Carl Wilhelm Scheele, dan istilah "oksigen" baru digunakan mulai tahun 1777 oleh ahli kimia Perancis, Antoine Lavoisier.
Hampir dua abad kemudian, pada tahun 1830-an, minat dalam pengobatan hiperbarik muncul kembali di Prancis. Pada tahun 1834, dokter asal Prancis Junod membangun ruang hiperbarik untuk mengobati penyakit paru menggunakan tekanan 2-4 ATA (Atmosfir Absolut) dan melaporkan terjadi peningkatan sirkulasi oksigen ke organ dalam, perbaikan aliran darah otak dan menimbulkan perasaan bahagia.
Kemudian, pada tahun 1837, Pravaz, dokter asal Prancis lainnya, membangun ruang hiperbarik terbesar yang digunakan untuk merawat pasien untuk penyakit saluran pernafasan termasuk tuberkulosis, radang tenggorokan, trakeitis dan pertusis, serta penyakit yang tidak terkait pernafasan seperti kolera, konjungtivitis, tuli, menoragia, dan rakhitis.
Pada tahun 1860, ruang hiperbarik pertama di benua Amerika dibangun di Oshawa, Ontario, Kanada. Setahun kemudian, Corning membangun ruang hiperbarik pertama di Amerika Serikat di New York. Ruangan ini digunakan untuk mengobati 'gangguan saraf'.
Pada tahun 1877, ahli bedah Prancis Fontaine mengembangkan mobile ruang operasi hiperbarik pertama yang memanfaatkan hukum dasar fisika; Hukum Henry. Hukum Henry menyatakan bahwa kelarutan gas dalam cairan sebanding dengan tekanan gas di atas larutan.
Ruangan ini direkomendasikan untuk mengobati hernia, asma, bronkitis kronis, emfisema dan anemia. Dalam periode 3 bulan, dua puluh tujuh operasi dilakukan di mobile ruang hiperbarik ini. Karena kesuksesan besar, sebuah amfiteater bedah hiperbarik besar direncanakan akan dibangun dan bisa menampung 300 orang.
Rencana tersebut tidak pernah terwujud, dikarenakan Fontaine meninggal dunia akibat kecelakaan yang dialaminya di Institut Pneumatik dan dianggap sebagai dokter martir pertama untuk Pengobatan Hiperbarik.
Pada tahun 1885, C. Theodore Williams berkomentar dalam sebuah artikel British Medical Journal yang berjudul “Ceramah tentang Mandi Udara Terkompresi dan Kegunaannya dalam Pengobatan Penyakit”.
“Penggunaan udara atmosfir di bawah berbagai tingkat tekanan atmosfir dalam pengobatan penyakit adalah salah satu kemajuan terpenting dalam pengobatan modern dan ketika kita mempertimbangkan kesederhanaan pengobatan, metode yang tepat untuk dapat diterapkan dan ketepatan yang dapat diatur untuk kebutuhan setiap individu, kami tercengang, karena di Inggris metode pengobatan ini jarang digunakan” ungkap beliau.
Kembali ke Amerika Serikat pada tahun 1921, selama hari-hari terakhir Perang Dunia Pertama, Orville J. Cunningham membangun ruang hiperbarik di Lawrence, Kansas, tempat ia merawat korban pandemi flu Spanyol yang melanda AS. Cunningham berteori bahwa tekanan atmosfer bertanggung jawab atas tingkat kematian yang lebih tinggi pada mereka yang berada di dataran yang lebih tinggi.
Cunningham melaporkan peningkatan yang luar biasa pada pasien yang mengalami sianosis dan koma. Sayangnya, suatu malam kerusakan mekanis menyebabkan hilangnya tekanan secara total dan semua pasien Dr. Cunningham meninggal.
Pelajaran yang tragis dan serius, tidak menghalangi antusiasme Cunningham terhadap hiperbarik. Ia melanjutkan untuk mengobati penyakit seperti sifilis, hipertensi, diabetes mellitus dan kanker. Dia percaya bahwa infeksi anaerobik berperan dalam penyebab semua penyakit tersebut.
Pada tahun 1928, Cunningham membangun ruang hiperbarik terbesar di dunia di Cleveland, Ohio. "Hotel Hiperbarik", yang berbentuk bola baja setinggi lima lantai dengan diameter 64 kaki. Setiap lantai dari bola hiperbarik besar ini memiliki 12 kamar tidur dengan semua fasilitas hotel yang bagus.
Kesadaran para dokter lainnya yang berkembang akibat perawatan yang dilakukan oleh Dr. Cunningham mendorong permintaan berulang oleh Biro Investigasi Asosiasi Medis Amerika (AMA) untuk memvalidasi klaimnya mengenai keefektifan terapi hiperbarik. Beberapa percaya dia tidak ingin berbagi atau bekerja sama dengan AMA.
Drager adalah orang pertama yang mengeksplorasi penggunaan oksigen bertekanan dalam penyakit dekompresi. Protokolnya dipraktikkan oleh Behnke dan Shaw pada akhir 1930-an. Pada tahun 1939, Angkatan Laut AS mulai merawat penyelam yang menderita penyakit dekompresi dengan terapi oksigen 100% dengan metode hiperbarik. Ini berbeda dengan semua penggunaan terapi hiperbarik sebelumnya yang hanya menggunakan oksigen dari udara dan diberi tekanan saja.
Setelah Perang Dunia II, militer AS melakukan penelitian yang menghasilkan lebih banyak pengetahuan tentang terapi oksigen hiperbarik. Akibatnya, sepanjang akhir 1950-an dan awal 1960-an, penggunaan terapi oksigen hiperbarik meningkat.
Pada tahun 1950-an, Ite Boerema dari Belanda mendapatkan ide untuk “membanjiri” jaringan tubuh dengan oksigen ekstra. Ahli bedah jantung Boerema bekerja dengan Royal Dutch Navy dalam sejumlah percobaan pada hewan dengan pembedahan di dalam ruang oksigen hiperbarik. Hasilnya begitu sukses sehingga ruang ruang operasi hiperbarik yang besar dibangun di Universitas Amsterdam di mana dia melakukan sejumlah operasi jantung dan paru-paru yang rumit.
Boerema dan timnya adalah orang pertama yang merawat Clostridial Myonecrosis (Gas Gangrene) dengan terapi oksigen hiperbarik menggunakan babi sebagai percobaan. Boerema menerbitkan, “Hidup tanpa darah,” sebuah laporan tentang babi yang mengalami anemia parah yang berhasil diobati dengan terapi oksigen hiperbarik. Babi ini mampu berkembang biak di dalam ruang hiperbarik bahkan tanpa adanya sirkulasi sel darah merah di dalam tubuhnya.
The Undersea Medical Society, sebuah organisasi yang sebagian besar terdiri dari para dokter Angkatan Laut dan mantan Angkatan Laut, didirikan pada tahun 1967 di AS. Organisasi nirlaba ini sekarang dikenal sebagai Masyarakat Medis Bawah Laut dan Hiperbarik (UHMS). Dan dengan kekhawatiran akan kurangnya kemajuan ilmiah dan regulasi, UHMS membentuk Komite Terapi Oksigen Hiperbarik pada akhir 1970-an dan secara sistematis meninjau semua bukti ilmiah yang tersedia untuk Terapi Oksigen Hiperbarik.
Pada tahun 1972, Dr. Richard A. Neubauer membuka Ocean Hyperbaric Neurologic Center di Lauderdale. Sepanjang hidupnya, meskipun dipandang dengan kecurigaan oleh para skeptis, Dr. Neubauer terus merawat dan melaporkan efektivitas terapi oksigen hiperbarik dalam pengobatan berbagai gangguan sistem saraf pusat. Neubauer dianggap sebagai kakek dari terapi oksigen hiperbarik di bidang Neurologi.
Saat ini, rumah sakit dan pusat perawatan di AS secara rutin telah menggunakan terapi oksigen hiperbarik untuk menangani masalah kesehatan degeneratif persisten yang menyebabkan atau mengakibatkan aliran darah dan pengiriman oksigen yang buruk ke tubuh. Meskipun beberapa peneliti terus memperdebatkan keefektifannya, selama beberapa dekade dokter di Eropa, Rusia, Meksiko dan China telah berhasil menggunakan terapi oksigen hiperbarik untuk mengobati berbagai macam kondisi kesehatan yang serius.
- Disadur dari berbagai sumber -Bagi yang belum tahu sejarah HBOT.
Amerika Serikat di New York. Ruangan ini digunakan untuk mengobati 'gangguan saraf'.
Pada tahun 1877, ahli bedah Prancis Fontaine mengembangkan mobile ruang operasi hiperbarik pertama yang memanfaatkan hukum dasar fisika; Hukum Henry. Hukum Henry menyatakan bahwa kelarutan gas dalam cairan sebanding dengan tekanan gas di atas larutan.
Ruangan ini direkomendasikan untuk mengobati hernia, asma, bronkitis kronis, emfisema dan anemia. Dalam periode 3 bulan, dua puluh tujuh operasi dilakukan di mobile ruang hiperbarik ini. Karena kesuksesan besar, sebuah amfiteater bedah hiperbarik besar direncanakan akan dibangun dan bisa menampung 300 orang.
Rencana tersebut tidak pernah terwujud, dikarenakan Fontaine meninggal dunia akibat kecelakaan yang dialaminya di Institut Pneumatik dan dianggap sebagai dokter martir pertama untuk Pengobatan Hiperbarik.
Pada tahun 1885, C. Theodore Williams berkomentar dalam sebuah artikel British Medical Journal yang berjudul “Ceramah tentang Mandi Udara Terkompresi dan Kegunaannya dalam Pengobatan Penyakit”.
“Penggunaan udara atmosfir di bawah berbagai tingkat tekanan atmosfir dalam pengobatan penyakit adalah salah satu kemajuan terpenting dalam pengobatan modern dan ketika kita mempertimbangkan kesederhanaan pengobatan, metode yang tepat untuk dapat diterapkan dan ketepatan yang dapat diatur untuk kebutuhan setiap individu, kami tercengang, karena di Inggris metode pengobatan ini jarang digunakan” ungkap beliau.
Kembali ke Amerika Serikat pada tahun 1921, selama hari-hari terakhir Perang Dunia Pertama, Orville J. Cunningham membangun ruang hiperbarik di Lawrence, Kansas, tempat ia merawat korban pandemi flu Spanyol yang melanda AS. Cunningham berteori bahwa tekanan atmosfer bertanggung jawab atas tingkat kematian yang lebih tinggi pada mereka yang berada di dataran yang lebih tinggi.
Cunningham melaporkan peningkatan yang luar biasa pada pasien yang mengalami sianosis dan koma. Sayangnya, suatu malam kerusakan mekanis menyebabkan hilangnya tekanan secara total dan semua pasien Dr. Cunningham meninggal.
Pelajaran yang tragis dan serius, tidak menghalangi antusiasme Cunningham terhadap hiperbarik. Ia melanjutkan untuk mengobati penyakit seperti sifilis, hipertensi, diabetes mellitus dan kanker. Dia percaya bahwa infeksi anaerobik berperan dalam penyebab semua penyakit tersebut.
Pada tahun 1928, Cunningham membangun ruang hiperbarik terbesar di dunia di Cleveland, Ohio. "Hotel Hiperbarik", yang berbentuk bola baja setinggi lima lantai dengan diameter 64 kaki. Setiap lantai dari bola hiperbarik besar ini memiliki 12 kamar tidur dengan semua fasilitas hotel yang bagus.
Kesadaran para dokter lainnya yang berkembang akibat perawatan yang dilakukan oleh Dr. Cunningham mendorong permintaan berulang oleh Biro Investigasi Asosiasi Medis Amerika (AMA) untuk memvalidasi klaimnya mengenai keefektifan terapi hiperbarik. Beberapa percaya dia tidak ingin berbagi atau bekerja sama dengan AMA.
Drager adalah orang pertama yang mengeksplorasi penggunaan oksigen bertekanan dalam penyakit dekompresi. Protokolnya dipraktikkan oleh Behnke dan Shaw pada akhir 1930-an. Pada tahun 1939, Angkatan Laut AS mulai merawat penyelam yang menderita penyakit dekompresi dengan terapi oksigen 100% dengan metode hiperbarik. Ini berbeda dengan semua penggunaan terapi hiperbarik sebelumnya yang hanya menggunakan oksigen dari udara dan diberi tekanan saja.
Setelah Perang Dunia II, militer AS melakukan penelitian yang menghasilkan lebih banyak pengetahuan tentang terapi oksigen hiperbarik. Akibatnya, sepanjang akhir 1950-an dan awal 1960-an, penggunaan terapi oksigen hiperbarik meningkat.
Pada tahun 1950-an, Ite Boerema dari Belanda mendapatkan ide untuk “membanjiri” jaringan tubuh dengan oksigen ekstra. Ahli bedah jantung Boerema bekerja dengan Royal Dutch Navy dalam sejumlah percobaan pada hewan dengan pembedahan di dalam ruang oksigen hiperbarik. Hasilnya begitu sukses sehingga ruang ruang operasi hiperbarik yang besar dibangun di Universitas Amsterdam di mana dia melakukan sejumlah operasi jantung dan paru-paru yang rumit.
Boerema dan timnya adalah orang pertama yang merawat Clostridial Myonecrosis (Gas Gangrene) dengan terapi oksigen hiperbarik menggunakan babi sebagai percobaan. Boerema menerbitkan, “Hidup tanpa darah,” sebuah laporan tentang babi yang mengalami anemia parah yang berhasil diobati dengan terapi oksigen hiperbarik. Babi ini mampu berkembang biak di dalam ruang hiperbarik bahkan tanpa adanya sirkulasi sel darah merah di dalam tubuhnya.
The Undersea Medical Society, sebuah organisasi yang sebagian besar terdiri dari para dokter Angkatan Laut dan mantan Angkatan Laut, didirikan pada tahun 1967 di AS. Organisasi nirlaba ini sekarang dikenal sebagai Masyarakat Medis Bawah Laut dan Hiperbarik (UHMS). Dan dengan kekhawatiran akan kurangnya kemajuan ilmiah dan regulasi, UHMS membentuk Komite Terapi Oksigen Hiperbarik pada akhir 1970-an dan secara sistematis meninjau semua bukti ilmiah yang tersedia untuk Terapi Oksigen Hiperbarik.
Pada tahun 1972, Dr. Richard A. Neubauer membuka Ocean Hyperbaric Neurologic Center di Lauderdale. Sepanjang hidupnya, meskipun dipandang dengan kecurigaan oleh para skeptis, Dr. Neubauer terus merawat dan melaporkan efektivitas terapi oksigen hiperbarik dalam pengobatan berbagai gangguan sistem saraf pusat. Neubauer dianggap sebagai kakek dari terapi oksigen hiperbarik di bidang Neurologi.
Saat ini, rumah sakit dan pusat perawatan di AS secara rutin telah menggunakan terapi oksigen hiperbarik untuk menangani masalah kesehatan degeneratif persisten yang menyebabkan atau mengakibatkan aliran darah dan pengiriman oksigen yang buruk ke tubuh. Meskipun beberapa peneliti terus memperdebatkan keefektifannya, selama beberapa dekade dokter di Eropa, Rusia, Meksiko dan China telah berhasil menggunakan terapi oksigen hiperbarik untuk mengobati berbagai macam kondisi kesehatan yang serius.
- Disadur dari berbagai sumber -
Terimakasih mas Iman Fauzan Syarief.
Bumi Gurindam 28.09.2021
Post a Comment