Hisnindarsyah , Siswanto Sip
Di traffic lights seputaran Pamedan, aku sedang menyetir mobil menuju ke suatu tempat makan. Aku sempatkan membeli koran yang dijajakan oleh seorang anak laki laki seusia anak SD. Dengan niat sedekah.
Aku mengulurkan uang tiga puluh ribu pada anak loper koran tersebut seraya berkata, "Sisa uangnya untukmu ya ".
Anak tersebut menatap wajahku sambil berkata, "Mohon maaf om, uang yang om berikan banyak sekali. Harga koran hanya dua ribu rupiah. Kalau om mau beli koran saya dengan uang ini saya berikan empat belas koran lagi".
Lalu aku menyela, "Bukan begitu dek, saya hanya beli korannya satu saja. tidak perlu banyak, sisa uangnya untukmu ya ".
Loper koran itu berkata kembali, "Mohon maaf om, saya hanya menjual koran bukan meminta sedekah. Jadi om mau beli berapa?".
Deg...hatiku seperti disambar kilat. Aku pun tertegun sebentar. Mendengar perkataan anak loper koran itu. Dalam hatiku sempat berkata "Ternyata aku salah menilai orang. Aku sangka anak penjual koran ini akan gembira menerima uang yang dilebihkan karena aku berniat bersedekah", ujarku sambil tercenung . Tapi ternyata salah.
Aku merenung sejenak. Dan kembali tersadar ketika anak loper koran itu bertanya lagi
"Jadi om mau membeli koran berapa?"
Dengan sedikit tergagap aku berkata,
" Om butuh empat eksemplar lagi, nanti sisa uangnya dua puluh ribu om titip saja sama kamu, terserah kamu mau berikan kepada siapa. Yang penting uang itu sudah om sedekahkan untukmu ya ".
Anak loper koran itupun gantian yang bengong karena dia tidak meminta uang lebih dariku. Uang yang diterimanya sesuai dengan koran yang dijual ke pembeli.
Melihat anak penjual koran yang lagi bengong seperti itu, aku pun langsung tancap gas karena warna trafic lights sudah berwarna hijau.
Di dalam hati aku berkata, "Aku baru saja mendapat pelajaran berharga untuk diriku". Sambil beristigfar berkali-kali.
Ternyata niat baik pun, harus dilakukan dengan cara yang baik.
Dari adabnya, tatanannya dan etikanya.
Inilah yang disebut AKHLAK.
Ketika kita berniat untuk bersedekah, tidak selamanya orang yang kita niatkan untuk sedekah adalah orang yang merasa berkekurangan.
Kita yang menilainya demikian. Namun belum tentu dia merasa demikian. Apalagi Alloh Subhanahuwataala. Yang Maha Tahu isi hati kita. Terutama SYUKUR atas nikmatNya.
Anak loper koran itu memberi pelajaran bahwa karena rasa syukurnya , Alloh Taala masih memberikan kekuatan, sehat dan kemampuan mencari rizki secara halal.
Maka dia mencari nafkah bukan mencari sedekah.
Dia paham bahwa mencari nafkah itu hakekatnya lebih terhormat daripada mengharap sedekah.
Semoga cerita pagi sederhana ini, mengingatkan kita untuk sungguh menjaga niat dan berhati hati dalam mencari nafkah secara halal dan benar.
Terimakasih saudaraku al Haj Ustadz Siswanto dan bunda Aidil Syafitri , yang sudah berkenan menulis ulang pengalaman indahku hari ini
Barokallohufikum
Kedai PagiSore Pamedan 29.08. 2021
DokterGeJe Hisnindarsyah
Dokumentasi: kegiatan baksos peduli Veteran YBSI untuk LVRI ranting Siwalan Kerto Surabaya minggu 29.08.2021.
Post a Comment