Hisnindarsyah
Aku berhenti bicara virus
Karena aku bukan ahli virus.
Tapi 'terpaksa' belajar karena terkena virus ini: Covid19 tahun lalu.
Terlalu banyak bicara , hanya menghabiskan ATP , energi dan menurunkan imun
Tapi bukan berarti aku berhenti menghadapi pandemi ini
Tapi Karena semuanya SUDAH.
Aku, istri dan puluhan relawan YBSI terkena Covid, SUDAH
Bekerja pontang panting mencari support dukungan sarana dan prasana bagi nakes di awal pandemi serba berat hingga saat ini, SUDAH
Melakukan edukasi sosialisasi baik melalui webinar, pengajian, reunian atau apa saja yang memungkinkan tentang pandemi, SUDAH
Menjaga diri dan keluarga agar ikuti aturan pemerintah menghadapi pandemi, SUDAH
Walau sering bingung krn disinkronisasi perintah
Melakukan pelayanan pasien, SUDAH
Melakukan kajian literatur untuk penanganan pandemi, SUDAH
Membuat tulisan dan jadi buku yang mudah, sederhana bagi orang awam dan dibagikan cuma cuma, seikhlasnya, SUDAH
Berkeliling masjid, musholla , rumah rumah warga bersama relawan untuk mengedukasi masyarakat agar taat prokes 3M, 5M, 6M entah berapa M lagi, SUDAH
Dibully, dipersekusi, dianggap sebagai nakes yang menerima duit puluhan, ratusan , bahkan milayaran dari pandemi yg dianggap konspirasi , SUDAH
Dikeluhi oleh relawan yang kebetulan bertugas di RS, karena dijauhi dan disingkirkan masyarakat, saat terkonfirmasi positip, SUDAH
Dimintai tolong untuk merawat orang yang menganggap Covid hanya' konspirasi' dan sekedar cari untung.
Lalu ketika megap megap, keluarganya heboh minta tolong ,mohon maaf karena melecehkan nakes, SUDAH
Dimintai tolong untuk membantu mencarikan tempat perawatan bagi keluarga, teman, kolega karena hampir semua faskes penuh. Lalu Ikut pontang panting, nyari tempat tidur sampai ngasih sangu buat keluarganya yang isoman, SUDAH
Mengingatkan berulang kali, tidak perlu harus jadi ahli virus dll dsb dst untuk taat pada aturan Prokes 3M, 5M, 6M. SUDAH
Mencoba aneka jamuan, herbal dari bawang putih, minyak kayu putih, linhua, serum bisa ular dan aneka macam pengobatan yang 'nyaris' irrasional, SUDAH.
Melihat, mendengar dan mengalami parahnya kondisi ekonomi keluarga karena PSBB, PPKM, PPKM mikro dan entah apa lagi namanya, SUDAH
Mengajak teman, sahabat, komunitas ,kelompok untuk peduli pada komunitas lain termasuk nakes yang terdampak Covid lewat saling berbagi dan peduli, SUDAH
Bahkan membuat klinik gratisan untuk memberi pelayanan kesehatan sambil mengedukasi tentang pentingnya Prokes 3M,5M untuk dikerjakan serius, SUDAH JUGA
Mendukung program vaksinasi pun dengan mengkoordinasikan dan mempermudah untuk vaksinasi, SUDAH JUGA
Semua SUDAH dan SUDAH dilakukan.
Hasilnya ya begini ini.
Tak perlu aku komentari lagi
Saatnya sekarang kita SUDAHI segala hal yang merusak imunitas diri kita, pikiran kita, dan pola hidup kita.
Lanjutkan apa yang SUDAH baik kita lakukan
Tapi tanpa perlu ribet, ruwet, yang berbuntut chaos dan ketidaktenangan.
" Apa yang ditanam, itu yang dipetik".
Rasanya kita harus banyak beristigfar, bertaubat, mengambil hal hal yang baik serta merubah strategi penanggulangan Pandemi.
Daripada kuatir, cemas, takut dan berakhir dengan kepanikan yang tidak jelas
Lebih baik berinstrospeksi diri dan patuhi apa yang sudah diarahkan pemerintah
Dengan menjadikan ini sebagai suatu proses perjalanan yang harus dilalui dengan tenang
Karena ketenangan hati, rasa syukur, bahagia serta ketaatan pada Prokes 5M adalah bagian ikhtiar dan kunci melalui kondisi pandemi yang berat ini.
Ayo kita hadapi pandemi ini dengan tenang dan bahagia serta ketaatan pada Prokes 5M.
Jangan lupa bed rest , vitamin, oksigen, sinar matahari, tafakur/meditasi sambil dzikir, istigfar, sholawat. Dan Jariah.
Salam sehat dokterGeJe 27.06.2021
Klinik Tanpa Kasir tempat bersantai, berbagi berkah dan beramal
" Ilmu yang sedikit, tapi berusaha istiqomah diamalkan agar berkah lebih baik ketimbang ilmu yang banyak tapi tidak berkah.Keberkahan hidup bukan hanya menyelamatkan dunia akhirat, tapi juga menjaga ketenangan hidup dan hati " ( dokterGeJe)
Post a Comment