Hisnindarsyah- dokterGeJe
Sungguh , kematian itu perlu dipersiapkan.
Dan itu ribet. Karena bukan sekedar urusan selembar kain kafan dan sepetak tanah ukuran 2x1 meter, sedalam 1,8 meter. Juga karena ini bukan soal prosesi. Tapi persiapan bekal untuk menjalani hidup yang abadi.
Menjadi kaya, berilmu, berpangkat, berkuasa dan terhormat, sungguh bukan hal sulit. Apalagi kalau hanya mendapatkan popularitas.
Sangat gampang.
Mengapa "hal itu" seolah sulit? Karena hawa nafsu yang berkuasa. Sehingga semua daya dan upaya dikerahkan untuk mencapai itu semua. Akhirnya, ketika itu semua tercapai, kita merasa hebat, digdaya dan kuat. Lalu merasa jumawa dan paling berkuasa.
Padahal sebetulnya, tanpa harus mengerahkan power berlebih, kita dapat meraihnya.
Dengan memakai apa? Memakai power Sang Maha Super Power: Alloh Taala, Tuhan Semesta dan pemilik segalanya.
Syaratnya? Kendalikan hawa nafsu, gunakan hawa iman. Kalimat Tauhid dan Thoyibah yang mengiringi setiap langkah dan laku kita.
Sayangnya kita, terutama diriku, menjadi pelaku utama yang mengingkari kekuatan iman. Karena tak tampak mata.
Lalu apa yang sulit?
Mengucapkan kalimat Tauhid: Laailahaillalloh. Terutama saat mendekati akhir hayat. Saat nazakh. Ketika nafas sudah mendekati akhir. Ketika ruh ditarik malaikatul maut, meninggalkan raga.
Sungguh hal itu tidak mudah.
Aku sudah menjalani takdirku sebagai tenaga medis. Yang hampir separuh perjalanan hidupku , selalu berada disamping pasien yang berjuang untuk sembuh atau husnul Khotimah. Dan itu pelajaran yang dahsyat.
Banyak orang yang berstatus orang yang berilmu, berkuasa dan terhormat, pada saat terakhirnya , sangat sulit dan tidak bisa menyebut kalimat Tauhid itu. Bahkan pemuka agama sekalipun. Yang sudah terbiasa membaca kalimat Tauhid. Saat akhirnya, malah tak bisa mengucap kalimat Tauhid yang Maha Dahsyat itu.
Tetapi ada orang yang biasa biasa saja, bukan orang hebat( tak berilmu, tak berkuasa, bukan ulama, bukan orang yang ' terhormat') , malah los dan plong mengucapkan kalimat Tauhid itu.
Bahkan ada orang yang saat terakhirnya baru bersyahadat( mualaf) , malah menghembuskan nafas dengan mengucap Laailahaillalloh dengan mudahnya.
Bukan bermaksud berghibah, hanya ingin berikhtibar saja. Inikah yang disebut hidayah?
Petunjuk yang diberikan oleh Allah Taala berupa terbukanya hati dan lapangnya dada untuk meyakini kebenaran agama Islam?
Sungguh hidayah inilah perkara paling penting dan mendasar dalam kehidupan manusia dan Tuhannya.
Hidayah yang diberikan Alloh Taala inilah yang memudahkan untuk mendapatkan keselamatan hidup manusia di dunia dan akhirat.
Sungguh beruntung , orang yang mendapat hidayah sedari awal kehidupannya. Lalu dengan mudah mengucapkan kalimat Tauhid sedari lahir, sejak dalam buaian. Dan terus menjaga kalimat Tauhid itu , hingga hembusan nafas terakhirnya.
Karena begitu banyak orang " diluar sana" yang harus mengorbankan harta, keluarga bahkan jiwa raganya. Hanya agar bisa mengucapkan kalimat Tauhid dan menjaganya hingga akhir hayat.
Sedangkan aku yang sudah biasa dan bisa mengucapkannya, sebebas bebasnya, malah sering lupa, lalai dan lebih mementingkan duniawi. Ketimbang mengulang terus kalimat Tauhid dan Thoyyibah terus menerus dalam laku dan hati.
Hidayah hadiah yang kusia-siakan karena kebebalan diri mementingkan kehebatan semu. Daripada menjadi Abdullah yang apa adanya saja.
Astagfirullohaladzhim 😢😢😢
Firman Allah SWT dalam Quran surat al-A'raf : 178:
" Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk (dalam semua dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi (dunia dan akhirat)" .
Pesarean Sunan Ampel, 26.05.2021 Kamis malam Jumat.
Dok. Saat mengunjungi keluarga ABK KRI Nanggala 402 bersama relawan YBSI
Post a Comment