Hisnindarsyah
Bulan Desember-Januari adalah saat tiba musim dingin. Di negara seperti Jepang, Turki apalagi belahan Eropa sebelah utara, salju pun turun. Tidak mungkin kita keluar dengan hanya bersarung, dan berkaos oblong.
Apalagi cuma bercawat doang !
Sedangkan dalam ruangan saja, hawa dingin begitu menghujam kulit. Tungku perapian model dulu. Juga pemanas ruangan paling modern, kadang tak mampu mengatasinya.
Bahkan kulkas pun masih lebih hangat ketimbang udara diluar sana.
Aku tidak bisa tidur semalaman.
Karena yang ada dibenakku adalah nikmatnya berada di surau musholla kampung. Hanya bersarung, bercelana pendek, berbaju ala kadarnya. Bisa leyeh leyeh. Sehabis sholat dan wiridan. Nikmat tenan!
Kalau itu dilakukan disini. Dijamin , tubuhmu kaku membiru. Dan mati karena hipotermi alias kedinginan.
Pohon pohon mati. Aliran sungai membeku. Atau paling tidak, suhunya lebih dingin dari es di kulkas kita. Yang jika disentuh dengan tangan berkaos tebalpun, tetap terasa dingin luar biasa.
Oleh karenanya , maka natal di bulan Desember identik dengan cemara. Karena hanya pohon itu yang mampu bertahan tanpa gugur daunnya. Atau mati.
Belum lagi, jika butir butir es itu, ditiup angin dengan keras. Lalu mendadak bisa saja, ada hujan dan badai salju. Perubahan suhu ekstrim dan cepat sekali.
Ayo sekali kali uji nyali.
Cobalah keluar rumah saat itu. Dijamin pasti tulang kaku , aliran darah terasa berhenti. Berat kaki untuk melangkah. Serasa dibebani batu pemberat. Apalagi jika butiran es itu , menerpa wajah. Rasanya seperti ditabok petinju WWF!
Tidak ada yang bisa dilakukan. Saat musim dingin bersalju tiba. Selain melakukan Stay and Work From Home secara ' paksa' dan 'terpaksa' di rumah. Pemanas dan air panas alias water haeter , adalah alat pencipta surga terindah, ruang kamar kita.
Sekarang mari kita ke Timur Tengah.
Arab Saudi , Jordania, Mesir dan Syria sebagai contohnya.
Kita akan melewati gurun pasir nan tandus sepanjang perjalanan. Menyusur Makkah Madinah. Walau bus jamaah berpendingin udara, tapi rasa ' gerah' alias panas suam suam, masih terasa. Apalagi di luar sana.
Atau ke Yordania dan Mesir. Kita akan melihat gunung batu padas yang jadi tempat pertempuran lima hari Arab Israel yang legendaris . Atau ke dataran tinggi Golan.
Itu semua gunung batu keras, men!
Yang panasnya, nauzubillahi mindzalik!.
Dan gilanya, ini jadi tempat rebutan. Jadi tempat perang, berebut' batas kekuasaan' yang ga jelas ! Padahal tak ada emas, permata, nikel atau tambang berharga apapun disana.
Tumbuhan pun tak ada yang hidup. Bahkan kaktus pun tak nampak. Sungguh, manusia itu hobbynya bikin ribet dan ribut sendiri.
Bayangkan , jika tempat itu berisi emas perak seperti di negeri kita. Pasti pertempuran dan kehancuran lebih parah lagi.
Sungguh ini menunjukkan sifat asli manusia yang super rakus dan tamak ! Termasuk diriku.
Dan saking panas, terik dan keringnya tempat itu. Sehingga sering tampak gambaran indah serupa surga, dihadapan mata. Padahal hanya fatamorgana. Halusinasi yang muncul dari dahaga yang sangat. Nampak seolah nampak air dimana mana. Padahal cuma khalayan semata
Ya, akhirnya mereka butuh air, bukan minyak!
Sedang disini, di negeri ini, apa yang terjadi?
Air berlimpah dimana mana. Malah seenaknya dicemari, oleh pabrik dan industri.
Bahkan oleh kita sendiri. Ya aku , kamu dan kita semua. Yang mengotorinya dengan sampah dan limbah.
Pohon yang begitu banyak, berjajar indah. Sumber oksigen terbesar dimuka bumi ada di negeri ini. Malah dibabat, digunduli.
Dijadikan mall, hotel , apartemen dan perumahan. Juga pabrik dan industri.
Tanpa peduli, pohon di bukit dan gunung adalah penyangga tanah dan bumi.
Ketika banjir, longsor gempa dan tsunami, baru kita bingung dan sibuk sendiri. Saling tuding dan lempar kesalahan. Sehingga bantuan sering tak terkoordinir dengan rapi. Sehingga memberi peluang terjadinya pemanfaatan situasi untuk kepentingan pribadi.
Sungguh ini bukan salah siapa siapa. Tapi karena salahku dan salah kita bersama. Yang, lagi lagi, tidak pandai bersyukur.
Tapi ada hal yang paling tidak aku pahami , di serpihan surga bernama Indonesia ini.
Ternyata masih ada orang yang tega merusak kedamaian dan ketenangannya.
Dengan membuat kekisruhan.
Huru hara. Menebar kebencian.
Memancing kerusuhan. Membuat keributan. Yang ujungnya berbuntut mengorbankan nyawa dirinya dan orang lain yang tak bersalah.
Padahal kalau mau sekedar cari mati, gampang saja. Jalan kaki di padang pasir Arab atau duduk duduk di gunung batu Golan. Boleh juga, bermain salju di eropa , amerika, Jepang, dengan bercawat saja. Atau ikut perang perangan di suriah sana. Haqqul yakin, nyawa pun hilang dalam hitungan menit saja !.
Tapi jangan disini.
Karena ini negeri yang lahir dari rahim para alim ulama, pemuka agama dan santri serta pejuang yang cinta bumi pertiwi.
Padahal betapa nyamanya disini.
Di negeri ini, kita bisa jalan dengan berkaos oblong, bersarung, bersandal jepit, suka suka kita. Siang malam, hujan panas, monggo saja. Paling agak ' greges' sedikit. Diminumi paracetamol, beres!
Kita bisa keluar rumah, tanpa kuatir ada razia militer seperti di Myanmar, India, Bangladesh atau Korea Utara.
Di Eropa , Amerika dan Jepang, paling ketemu buah yang sering buat dipamerin. Apel, anggur, sunkist dan pear (pir) , contohnya.
Di Arab dan negara Timur tengah , paling ketemu kurma, kismis, kacang arab, buah zaitun dan buah tin.
Sedangkan di negeri ini?
Sampai tidak sanggup kita menyebut ribuan jenis sayur, buah, umbi-umbian, kacang-kacangan, bunga-bunga dan rempah-rempah, saking Akeeehnya!
Sehingga sejak ratusan tahun yang lalu, bumi nusantara sudah jadi rebutan oleh bangsa bangsa ' tak berpunya' di dunia.
Dan karena ' rasa tidak bersyukur kita', akhirnya kita kalah dan terjajah 350 tahun oleh negara 'seuplik' bernama Holandia.
Rasa tidak bersyukur, membuat kita selalu merasa kurang. Akibatnya kita akan mencari yang lebih lagi. Dengan menghalalkan segala cara. Termasuk kesediaan mengorbankan kehormatan, harga diri dan orang lain.
Kita lanjut ke Amerika dan Eropa.
Disana paling cuma ketemu makanan itu itu saja. Hot dog, hamburger, sandwich. Paling banter steak, es krim dan keju.
Nyari nasi di Amerika, aduuuhh seperti mencari emas ditanah men!.
Padahal lidahku, bilang' Belum makan' , kalau tidak ketemu nasi. Kalaupun dapat nasi, berasnya beda. Keras, besar dan tidak ' pulen'.
Program diet terbaik buatku adalah ketika aku perjalanan ke negeri seberang.
Cukup 1 bulan di Amerika, Berat badan turun 6 kilogram. Lumayan! Koq bisa...ya karena ngga ketemu nasi uduk, nasi serpang , nasi rawon dan saudara saudaranya. Hahaha.
Di Timur Tengah? Paling roti, kebab dan daging. Mirip sih , tapi lagi lagi beda beras dan jenis rotinya.
Di negeri ini ?
Dari Sabang sampai Merauke, mungkin ada ratusan ribu varian makanan.
Ada puluhan jenis soto, sate, rawon, rujak. Termasuk sambal, olahan daging, ikan dan ayam yang variasinya macam macam.
Bahkan disetiap wilayah ada jenisnya.
Kue basah kue kering ada ribuan jenis. Bakso saja sudah sedemikian banyak. Apalagi singkong, ketan, gula, kelapa bisa menjadi puluhan jenis nama makanan.
Tau ngga makanan nomer wahid di dunia? RENDANG.
Di negeri ini, bebas mendengar pengajian, sholawatan, barzanji, ratiban. Tanpa ada yang mengganggu.
Bareng dengan bebasnya mendengar dangdut koplo, konser rock, jazz, gamelan.
Bahkan ecrek-ecrek orang ngamen di setopan dan warung kaki lima.
Di Eropa, Amerika , Timur tengah , Jepang apalagi China , belum tentu bisa menikmati ini semua.
Kecuali dari multiplayer ber headset.
Sungguh aku begitu bersyukur ada di negeri ini.
Iklimnya nyaman , orangnya cerdas , keren, kreatif dan bersahabat.
Budayanya, toleransinya, guyonannya, wisatanya dan semuanya. Aku tak mampu menulis itu semua meskipun jika air laut menjadi tintanya.
Karena begitu berlimpahnya anugerah ALLOH Subhanahuwataala pada negeri dan bangsa ini. Yang bernama Indonesia.
Indonesia ini negeri kesayangan Sang Pencipta. Yang dicipta olehNya dengan cinta.
Lalu mengapa kamu , Ya kamu, merusak semua keindahan, kedamaian ini dengan membuat rusuh dan huru hara?
Sungguh , jiwamu telah mati sebelum kamu mati karena bom bunuh diri.
Karena , jiwamu tak memiliki rasa cinta dan syukur pada pemberian Illahi Robbi.
Kenistaan hanya ada pada jiwa yang mati. Yang kehilangan rasa syukur atas nikmat yang Alloh Taala beri.Yang tak terhitung lagi.
Ayolah , hormati Ibu Pertiwi dengan menjaga dan melindungi NKRI.
Bumi Gurindam, bakda subuh 31.03.2021
DokterGeJeblangkoputihberduka
Mari jaga keberagaman dan toleransi
Post a Comment