Hisnindarsyah
DokterGeJeBlangkonputih
Belum pernah aku mengunjungi negara Timur Tengah , selain Arab Saudi. Itupun karena melaksanakan ibadah umroh dan haji. Ingin mencoba bertaubah dgn nyaman dan penuh kemulyaan? Berumroh dan berhajilah.
Sungguh, Makkah Madinah, sangat nyaman, sebagai tempat untuk menangis , tafakur dan merenung. Mengingat bertimbunnya dosa, lupa, khilaf yang kita perbuat dan mohon ampun berlipat lipat . Dan saksikan , betapa Pemurah Nya Alloh Subhanahu wata'ala, yang menerima hamba berlumur dosa seperti diriku, di Rumah Nya, dengan lantai yang sejuk dan air zamzam yg berlimpah ruah. Bergantian payung-payung terbuka tutup di pelataran masjidil haram dan masjid Nabawi melindungi para jamaah dari teriknya gurun Arab. Dan tiada berhentinya mesin2 pembersih lantai, silih berganti memoles kotoran bekas kaki para Tamu Alloh.
Padahal gunung batu, gurun pasir, panas terik, badai batu kristal es, silih berganti menerpa. Tapi, sekali lagi, hanya rasa nyaman, yg dirasakan , saat berada di depan Baitulloh. Sungguh, Di Makkah dan Madinah, kita dapat bertaubat dengan nikmat.Subhanalloh 😭😭🙈🙈🙏🏻🙏🏻.
Sehingga, manakala aku ditugaskan, berkunjung ke kota Amman, ibukota negara Yordania, rasa bingung berkecamuk. Buru- buru aku membuka peta. Wah , ternyata negara ini berbatasan dengan, Suriah (di utara), Irak ( timur laut), Arab Saudi ( timur) , daerah sengketa Israel- palestine(barat) , Israel( Barat Laut) , Mesir ( Barat Daya).
Intinya, peta itu menggambarkan bahwa, Yordan berada di daerah yg berpotensi konflik dan terkena imbas dari konflik timur tengah khususnya Arab-Israel, terkait dengan Palestina.
So , pastinya aku berpikir tentang security alert tingkat dewa, bahasa gaulnya, faktor kewaspadaan keamanan.
Perjalanan 10 jam dari Jakarta- Amman Yordan, transit Dubai, diwarnai dengan pembacaan wirid, tahlil, dzikir, Yasin yang tiada pernah henti. Bayang-bayang dosa karena sering gonta ganti pacar dimasa jomblo: pengakuan jujur(maafkan ya) , hutang hutang yang belum dibayar, pernah melawan orangtua khususnya ibunda , pinjam barang tanpa memberitahu pemiliknya (ampun ya Alloh), walau telah dikembalikan lagi, dan banyak lagi lainnya, berulang kali muncul dipikiran, mengiringi kalimat astahfirullohaladhzhim. Istigfar terus kodong, kasian : kata orang Bugis berlogat.
Senyum ramah pramugari Emirates, yang bolak balik menyapa menawarkan aneka kudapan, permen, camilan, tisue hangat, pilihan makanan beraneka, tetap tidak mampu menghalau semua pikiran galau.
Dan akhirnya, setelah berlelah lelah dalam perjalanan berjam-jam di pesawat (yang sebetulnya nyaman), mendadak perubahan terasa saat persiapan landing akan tiba. Sounding dari pramugari, tidak aku pahami dengan jelas. Yang pasti, pesawat yg awalnya cukup ramai, berubah menjadi sunyi senyap.
Suasana nampak tegang. Aku sederetan dengan seorang wanita berambut cepak, bercelana jeans belel, memakai mantel bertutup kepala. Nampak jelas, roman kegelisahannya. Bolak balik dia membuka buku tanpa dibaca, sesekali memandang keluar, dan berulang ulang, memindahkan kakinya.
Saat pesawat landing, dan berhenti, tiba tiba pramugari yang awalnya ramah, berubah jadi garang. Dia berteriak, membentak seseorang yang berusaha berdiri mengambil sesuatu dari bagasi. Kegusaran dan marah, tampak jelas di wajah pramugari Emirates yg terkenal ramah. Setelah landing, kami satu pesawat harus diam menunggu dalam galau, tigapuluh menit yang terasa seperti bertahun tahun.
Akhirnya, pintu pesawat terbuka, kami semua pun bergegas turun dalam diam , tanpa bicara. Degupan jantung makin mengeras sampai selesai melewati pemeriksaan imigrasi.serasa masuk dunia lain. Namun Alhamdulillah, akhirnya sampai ke tempat menunggu bagasi. Dan Miftah, mahasiswa Indonesia yg sdg belajar di Yordan, belum juga berhasil aku hubungi. Tiga puluh menit, yang seperti bertahun tahun, kembali terasa.
Akhirnya, miftah berhasil menghubungiku. Alhamdulillah, Ya Alloh.Bandara Queen Alia International Amman, akhirnya aku meninggalkanmu
Bersama Miftah dan Muhammad warga Yordan yg sangat 'humble', ramah dan tidak bisa berbahasa Inggris, aku memasuki Amman , ibukota Yordania. Muhammad, sebagaimana warga Yordania lainnya, berwajah eropa , tapi hanya bisa berbahasa Arab. Tidak bisa dan tidak mau belajar bahasa Inggris. Muhammad menjelaskan yang diterjemahkan oleh Miftah, bahwa berabad abad Yordania berada dibawah kekuasaan bangsa Arab , sejak Kekhalifahan Muawiyah Damaskus abad 7 sampai kekhalifahan Utsmaniyah tahun 1516-1918. Dan banyak penjelasan Muhammad yang mengubah pikiranku tentang negara negara di jazirah Arab , yang tengah dan terus bergolak.
Pada akhirnya, ketika sampai di Amman, kegalauanku memudar, ketakutanku hilang, ketika menyaksikan highway yg bersih, teratur dan rapi. Kota gurun, yang penduduknya sangat ramah dan mudah akrab terhadap pendatang. Apalagi mereka tahu, kita dari Indonesia, sigap mereka membantu apa yang diperlukan oleh kita.
Bersama Miftah, ketua Perhimpunan Mahasiswa Indonesia Arab Yordan, dan Muhammad, aku mengetahui bahwa kota dan negara berpenduduk 1.6 juta jiwa ini dikenal sebagai kota para Nabi dan Rosul yang mulia. Karena hampir semua Nabi , pernah menjalankan dakwahnya di Yordania. Suatu bangsa yang ada sejak tahun 7000 SM, terkenal dengan jalur perdagangan sutra arabnya, memiliki persinggahan bernama kota PETRA: kota di dinding batu, yang dikelilingi dengan Wadi Musa yg terletak 3 jam dari Amman, di Aqoba, tepatnya.
Laut Merah, Goa Seven Sleppers "Asshabul Kahfi", Mata Air Sulaiman, kota kuno JERASH, Mount Nebo tempat tongkat Nabi Musa, Geraja Santo Yacobus Sang Pembaptis dan Tempat pembaptisan Isa Al Masih Alaihissalam bahkan tempat perang Arab Israel yg terkenal di tahun 1967, ada di Yordan.
Dan Dead Sea Hotel menjadi tempat persinggahan,dengan King Husein Bin Talal Conference Room, sebagai tempat berjuang.
Ah, Amman sungguh aku tidak dapat melupakanmu. Kota yang mengubah rasa galau menjadi tenang, rasa gentar menjadi nyaman.
Selamat datang di Amman yang aman
Alhamdulillah , november 2016
Reposting lagi di ruang tafakur BG 8.02.2021
#dokterGeJekangenhalanhalan
Post a Comment