Tiba tiba, kita dihebohkan dengan penemuan sea glider atau dikenal sebagai alat tanpa awak yang berada didasar laut. Dianggap dan diduga berfungsi sebagi drone. Alias mata mata tanpa awak bawah air. Yang seenaknya, menerobos wilayah Unclos RI, kedaulatan ZEE RI.
Aku tidak mau berpolemik tentang hal itu. Karena penjelasan KASAL sudah sangat jelas dan tegas bahwa alat tersebut biasanya digunakan untuk riset bawah laut dan oceano graphy atau pemetaan dasar laut.
Tapi kegaduhan tetap belum mereda. Karena banyak , yang berbicara, berpendapat tapi bukan diwilayah kompentensinya.
Aku pun, sebetulnya menyadari ini bukan kompetensiku. Hanya karena pernah mengikuti Short Course Under Water Medical Center ( UMC) di Japan Medical Self Defance Force( JMDSF), di Tokyo, Yokohama dan Kyoto Jepang tahun 2017. Aku cuma paparkan sedikit makhluk apa yang di duga sebaga Sea Glider itu.
Sea glider itu berasal dari sea: laut, glider: melayang. Sehingga disebut demikian untuk menunjukkan suatu obyek yang melayang di dalam laut, tanpa awak. Ini harus dibedakan dengan submarine atau kapal selam, karena memiliki awak. Sea glider umumnya tanpa awak. Bergerak seperti robot yang dikontrol dipermukaan air. Dengan jarak , daya tahan , lama waktu tertentu.
Alat itu sebenarnya dikenal sebagai Autonymous Underwater Vehicle (AUVs). Sejenis kapal tanpa awak yang bergerak seperti robot , didasar laut.
AUVs di Jepang, ukurannya mulai 2,5 meter sampai ada yang berukuran ratusan meter. Kedalaman selampun berbeda beda. Ada yang beberapa ratus meter saja. Namun ada yang mencapai ribuan meter. Contohnya AUVs Urasima ( 3500 meter), Entry ( 4500meter) dan yang tercanggih adalah AUVs ABE yang bisa mencapai kedalaman 6000 meter.
Memang alat ini diprogram untuk dapat bergerak ke mana, kapan, dan apa yang harus diteliti. Apapun itu, alat ini mengemban misi.
Dan di Jepang, AUVs digunakan dengan lebih mengedepankan sisi ilmiah, sehingga tim yang bekerja di lingkungan oceanography , termasuk Japan Cost Guard berada dalam kendali JUMSF( Japan Under Water Medical Service Force). Yang berarti, mereka lebih banyak mengemban misi pengembangan riset dan tehnologi bawah air/kelautan ketimbang fungsi militer.
Apalagi di Jepang. Yang berdasarkan perjanjian pasca Perang Dunia ke 2, mereka tidak boleh punya tentara. Yang ada adalah pasukan bela diri ( Japan Self Defance Force).
Tapi apapun kenyataan , Jepang memiliki UUV ( Unnamed Underwater Vesichles ), seperti yang aku sebutkan di atas.
Apa itu UVV? Suatu obyek yang bisa melayang di kedalaman air dengan kemampuannya sangat canggih. Bahkan emiliki perangkat semacam robot, yang mampu diluncurkan dari UVVV dan bergerak, bahkan berjalan di dalam air dan di dasar laut.
Kemungkinan digunakan untuk kepentingan militer? Pasti ada. Maka mereka menyebutnya dengan 'unnamed' : tak bernama. Tapi ada yang mengistilahkan unnamed : Tak bernama. Bahkan mereka menganggap , benda itu tak dikenal dan harus mampu menjadi 'tak dikenal'. Dan harus tidak dikenal.
Kemampuannya sungguh super canggih.
Alat ini memiliki beberapa sensor untuk mengetahui suhu, salinitas, arus, hingga kondisi laut sekitarnya. Termasuk membuat potret di dasar laut. Tentunya " untuk kepentingan riset dan oceanography", sebagai tugas resmi dan utama. Tugas tambahan? Entahlah.
Bentuk AUVs ini, seperti semacam terpedo, sehingga memudahkan bahkan mempercepat laju gerak dalam air. Daya luncur, ketahanan waktu dalam air, kedalaman yang terus diperdalam, menjadi bagian dari riset pengembangan AUVs UMC Jepang.
Mengapa aku mempelajari ini?
Karena sesuai dengan basic ilmuku di bidang kedokteran penyelaman dan hiperbarik, maka pengetahuan terhadap benda benda yang digunakan untuk kepetingan penyelaman, tentunya harus dikenal dan dipahami.
Kita lanjut pada fungsi AUVs
Memang, secara fungsi AuVs ini, mirip drone. Dia berfungsi untuk mengumpulkan berbagai data dari lokasi tempat berada. Termasuk andai dia ada di perairan negara A, B dan C.
Namun menurut mereka, Jepang tidak pernah menfungsikan AUVs untuk kepentingan di luar Jepang. Kecuali atas permintaan negara tersebut, dan bukan untuk kepentingan militer. Apa benar demikian? Hanya mereka yang tahu.
Hal yang menarik dari AUVs milik Jepang adalah kemampuan mereka untuk beroperasi secara mandiri , dari sebuah kapal induk. Sehingga, membuatnya sangat cocok untuk eksplorasi lingkungan yang sangat ekstrim, dari ventilasi hidrotermal terdalam di dunia hingga di bawah lapisan es kutub.
Mereka telah merevolusi kemampuannya untuk mencitrakan dasar laut, memberikan data pemetaan dasar laut dengan resolusi lebih tinggi daripada yang dapat diperoleh dari kapal permukaan, terutama di perairan dalam.
Jepang termasuk salah satu negara yang memberikan kontribusi kemajuan besar dalam ilmu geosains kelautan yang dihasilkan dari data AUV.
Aplikasi utama AUVs adalah:
- Studi vulkanisme bawah laut dan lubang hidrotermal,, cocok untuk kondisi negara Jepang yang ada di alur lempeng berpotensi gempa.
- untuk pemetaan dan pemantauan fitur pelepasan cairan suhu rendah dan ekosistem kemosintetik
- Untuk pemetaan habitat di lingkungan perairan dangkal dan dalam
- untuk pemetaan fitur morfologi dasar laut (misalnya bedform yang dihasilkan di bawah es atau aliran gravitasi sedimen).
Serangkaian kumpulan data baru disajikan yang menyoroti peningkatan keserbagunaan AUV untuk studi geosains laut adalah
- Pencitraan akustik multi-frekuensi dari dampak pukat pada gundukan karang laut dalam
- Kumpulan fotomosa dasar laut resolusi tinggi di kedalaman abyssal
- Pengukuran kecepatan aliran kepadatan kapal selam aktif.
Dan Jepang , saat ini sedang mengembangkan teknologi AUVs yang relevan dengan ilmu geosains kelautan.
Yaitu berupa kendaraan bawah air gaya baru dengan kemampuan melayang yang terus ditingkatkan, daya tahan lama, kedalaman ekstrem, atau kemampuan respons cepat, sementara pengembangan sensor baru akan semakin memperluas jangkauan parameter geokimia yang dapat diukur. Ini yang menjadi salah satu tehnologi yang disebut Sea Glider.
Dan memang, urusan penyelaman dan bawah air, sedang terjadi kompetisi dari para jawaranya yaitu Perancis, USA, Rusia, China, Jepang, dalam urusan kedalaman, daya tahan dan tehnologi penyelaman. Termasuk kegiatan bawah air. Jawaranya penyelaman personal tahun 2017 masih di pegang Perancis yaitu 352 meter. Tapi USA sudah mulai tergeser oleh Jepang. Yang tertutup adalah RRC. Lepas dari kemampuan personil penyelam, mereka bersaing mempercanggih AUVs nya.
Jujur aku sangat kagum, atas keberhasilan Jepang, memepet Perancis sebagai negara " mbah" nya para penyelam. Sehingga mampu menyingkirkan dominasi Eropa dan USA yang selama ini, merasa paling hebat ,ketimbang orang non Eropa termasuk Jepang, korea dan RRT tentunya. Oleh karena itu, mengapa RRT cenderung silent dan hidden dalam pengembangan tehnologi bawah airnya, karena ini merupakan salah satu ketahanan mereka dalam berkompetisi dengan Amerika dan Eropa.
Tapi mereka terkaget kaget, karena Jepang, yang awal yang sangat tidak diperhitungkan, justru mampu mengembangkan AUVs dan UUV yang super canggih.
Memang jika bicara tentng AUVs, tak kan pernah usai.
Dan di Jepang, selama jam dinas, ya hanya membahas hal dinas. Diluar jam dinas, terserah saja. Hehehe
Namun setidaknya, sekarang kiita punya pengetahuan AUVs sehingga tidak mudah terbodohi oleh pendapat orang.
Salam mengisi hari dengan kepala pening
Karena tak ada yang ajak ngupi di teras Masjid Alhikmah. Henehe.
'Efekbanjirbelumreda'
Salam kasih 04.12.2020
#dokterGeJeblangkonputih
Mohon ikut IG: #hisnindarsyah_dr
Blog : www.hisnindarsyahdokter.com
Post a Comment