Hisnindarsyah
DokterGeJeBlangkonputih
Beliau berdua adalah pasangan tunanetra.
Pak muiz dan bu anika . Usia sudah limapuluh tahunan. Mengalami kebutaan sejak usia 1,5 tahun dan 3 tahun. Kebutaan yang dialami sejak belia. Sehingga pemahaman mereka akan dunia, seperti gulita saja, diawalnya.
Beliau berdua memiliki tiga orang anak. Seorang wafat, yang dua orang yang beranjak dewasa. Yang kesemuanya, normal. Tidak ada yang cacat atau berkebutuhan khusus.
Kedua anak beliau seorang laki laki ( 20 tahun) sudah bekerja , sedangan adikknya wanota ( 18 thn) , kuliah di semester 1 UIN Sunan Ampel Surabaya. Alhamdulillah.
Tapi yang paling istimewa buatku adalah semangat dan cintanya pada Al Qur' an.
Pak muis yang bekerja sebagai tukang pijat tuna netra, belajar keras untuk membaca Al Qur'an. Demikian juga istrinya. Yang sudah mulai lancar membaca Al Qur'an berhuruf braile.
Mereka mengawali belajar membaca Al Qur' an di tahun 2017, bu Anikawati yang memulainya, setelah mendapat kiriman Al Qur'an berhuruf Braile dari Bogor. Diikuti pak Muiz di tahun 2018. Mereka terus mengasah kemampusn bacaan dan tartil Qiro'ah, disela aktivitas sehati hari . Dan kegiatan memijat yang bertarif 60 ribu rupiah setiap jam atau langganan.
Masya Alloh.
Al Qur'an braile ini sungguh luarbiasa.
Bentuknya baru aku tahu sekarang. Hanya terdiri dari lembaran kertas putih, dengan noktah tonjolan halus, yang ketika diraba, si peraba paham huruf apa yang tertera.
Tentunya perlu waktu dan proses belajar yang luarbiasa. Kesabaran yang super dashyat.
Sungguh tiadalah mudah bagi aku yang berpenglihatan normal ini untuk bisa paham. Dengan pola pemahaman saudara saudariku yang diberi ketidakmampuan melihat, dalam mewujudkan kecintaan pada Al Qur'an.
Melalui Iqra , membaca.
Membaca dalam gelap?
Apa mungkin dapat menerangi jiwa hati dan pikirannya? Muskil buatku.
Karena aku yang bisa melihat normal saja, membaca Al Qur'an pun , jarang jarang.
Jika sedang sulit, merana,sedih dan kecewa, baru kubuka Al Qur'anku. Kucari Tuhanku , Allohku , sebagai tempat pembuangan segala keluh kesah dan derita yang kupunya.
Padahal aku masih bisa melihat dunia dan tingkah polahnya.
Masih sehat fisik dan lengkap.
Lalu aku jadikan Alloh , Tuhan Maha Segala dan Al Qur'an, sebagai jalan pelarian dari penderitaan hidup, yang sebetulnya , tiadalah seberapa.
Jika dibanding pak muis dan bu ratna , contohnya...
Asli Kufurku pada nikmat super GeJe.
Bahkan seringnya aku masih saja berkeluh tentang sarat beratnya hidup. Dan kujadikan alasan untuk kehilangan waktu, untuk membaca Al Qur'an.
Padahal dihadapanku, ada pasangan yang keduanya diberi " seolah kekurangan" berupa ketiadaan kemampuan melihat dan memandang dunia.
Tapi mereka tetap bisa membaca Al Qur'an dengan senang, ikhlas dan riang , bukan sekedar menatap dan memandang saja?
Sungguh, kekufuran atas nikmat itu , ada pada diriku.
Sungguh hari ini, aku melihat diriku, dengan segala kerendahannya, dengan segala kemalasannya, dengan segala penghindarannya, dengan segala penolakannya, untuk menjauh dari Al Qur'an.
Aku yang nampak ' seolah berlebih' dengan segala kenormalan fisik, kemampuan jasad, kepandaian olah otak dan pikir. Namun sesungguhnya 'merekalah yang berlebih' , bukan diriku.
Karena mereka, walau seolah berkekurangan dari fisik tapi itulah justru kelebihan yang mereka miliki.
Mereka memiliki kelebihan hati yang mencintai Al Qur'an , ketimbang diriku. Yang terlalu sibuk dengan urusan dunia yang sungguh hanya permainan dan ujian belaka.
Ketika aku bertanya pada pak muis alasannya mengapa ingin belajar membaca Al Qur'an? padahal dalam segala keterbatasan ini, tentu belajar Al Qur'an tidaklah mudah.
Dia menjawab " Dengan membaca Al Qur'an, saya dapat melihat dunia dengan penuh rasa syukur pak.
Alloh Subhanahu Wata'ala telah memberi saya kelebihan dengan tidak memandang dunia dengan mata yang mudah ditipu.
Tapi dengan hati yang selalu bersyukur pada kurnia ilahi robbi.
Tidak ada kejelekan dan keburukan dalam pandangan hati saya, ketika membaca Al Qur'an. Karena kerusakan dimuka bumi ini, terjadi karena kita memandang dunia dengan kedua mata nafsu, amarah dan ketamakan.
Sedangkan dengan membaca Al Qur'an, akan menjernihkan pandangan kita pak".
Masya Alloh.
Pak muis seorang pria asli bugis yang merantau di pulau Jawa hari ini menjadi guru hikmahku. Bersama istrinya, beliau hadir mewakili rumah hafidz Tamyis yang dikelola sahabat ustadz Tamyiz.
Dalam kegiatan " Peduli hafidz dan hafidzoh cilik /muda surabaya 2020" yang digagas oleh Yayasan Bangun Sehat Indonesiaku( YBSI), Mandiri Amal Insani (MAI) dan hotel Best Western papilio senin. 14.12.2020.
Dalam kegiatan ini, sekitar 35 orang calon hafidz dan hafidhoh cilik dari Ponpes PPTQ kids hadir mewakili 100 orang temannya yang tidak dihadirkan karena physical dan social distancing.
Juga ada mas heri putra bapak junaidi dan mbak sufiah dari Yayasan al ikhlas Dukun Gresik yang merawat anak cerebral palsy.
Mas heri yang berusia 15 thn ini sudah hafal 18 juz.
Sungguh betapa malu sekaligus penuh syukur hatiku , mendapat pelajaran hidup.
Agar mataku yang terang benderang ini, juga disertai dengan hati yang jernih dalam memandang.
Bukan hati yang buta hingga kufur akan nikmat.
Allâh Azza wa Jalla berfirman: وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ Dan sesungguhnya telah Kami mudahkank al-Qur’an untuk peringatan atau pelajaran, maka adakah orang yang (mau) mengambil pelajaran? [Al-Qamar/54:17]
Terimakasih atas pelajaran dari mereka Ya Alloh.
Kapal oceania 15.12.2020
BG menjelang ashar.
#bukuperangmelawancorona
#dokterGeJeBlangkonputih
#hisnindarsyah_dr
Post a Comment