Rasa penasaran, biasanya selalu ingin pembuktian. Demikian juga halnya untuk sesuatu yang dianggap mitos atau legenda. Tanah Sumatera Barat , tempat legenda Malinkundang, ternyata merupakan negeri dengan begitu banyak memiliki legenda.
Bukan hanya tentang Malin Kundang saja. Salah satu diantaranya dikenal dengan Batu Angkek Angkek.
Awalnya, aku tidak terlalu paham, kenapa di sebut demikian: Batu Angkek Angkek. Namun semuanya jadi terang benderang, setelah aku datang dan menyaksikannya sendiri.
Tepatnya di Nagari Balat Tabuh, Sungayang, Batusangkar Tanah Datar, Sumatra Barat.
Meskipun , tidak harus kita percayai, namun di tempat tersebut terdapat sebuah batu yang diyakini mampu membaca masa depan seseorang. Batu Peramal , begitu dalam pikirku. Ah, manalah mungkin sebuah batu bisa demikian .
Batu ini dikenal dengan sebutan angkek-angkek yang berarti angkat-angkat.
Dari bentuknya, memang agak berbeda dari batu pada umumnya. Bentuknya seperti cangkang kura-kura, berwarna kuning kecoklatan seperti tembaga. Sebagian telah terkelupas yang memunculkan warna hitam.
Sekilas nampaknya, seperti batu yang terbelah, membentuk semacam perisai.
Penduduk lokal meyakini, orang yang dapat mengangkat batu ini ke pangkuannya maka keinginannya dan cita citanya bisa dengan mudah tercapai.
Itulah mengapa batu ini dikatakan bisa meramal nasib seseorang.
Katanya sih, tidak semua orang bisa mengangkat batu ini. Orang yang berhasil mengangkat batu ini mengatakan batu ringan saja. Sedangkan orang yang tidak berhasil, mengatakan bahwa batu ini sangat berat. Aku mulanya tidak percaya, dan agak memandang sebelah mata. Syirik nih, jika percaya seperti ini.
Dan memang, sejak awal tuan rumah pun, sudah mengingatkan kami, untuk tidak terlalu percaya pada mitos seperti itu.
Alfian, putra keturunan terakhir pemilik batu, sudah mengingatkan kami. Bahwa ini bukan batu peramal. Tapi batu Motivasi. Anggap saja kalau berhasil , akan memotivasi kita untuk lebih bersemangat pada ikhtiar, untuk mencapai tujuan. Atau jikapun belum bisa, anggap saja memang belum cukup merasakan Sate Sukur atau Gulai Tunjang, yang nikmatnya, alamak...
Yang masih menjadi misteri adalah bobot batu itu. Meski diameternya tak terlalu lebar, namun hingga saat ini tak ada yang tahu persis bobot dari batu ini. Pernah suatu saat ditimbang, ternyata bobot batu ini berubah-ubah.
Sekilas sejarah Batu angkek-angkek ini. Ditemukan pertama kali oleh Datuak Bandaro Kayo, seorang kepala suku kaum Piliang. Syahdan, Datuak Bandaro Kayo ini bermimpi didatangi oleh Syech Ahmad yang berpesan kepadanya untuk mendirikan sebuah perkampungan. Perkampungan tersebut bernama Kampung Palangan.
Datuak Bandaro Kayo pun mulai mendirikan kampung yang diminta oleh Syech Ahmad. Pada saat akan diletakkan tonggak pertama, sebuah gempa lokal terjadi. Disusul dengan hujan dan panas selama dua minggu.
Kemudian, pada saat para warga sedang mengadakan musyawarah, terdengar suara aneh yang berasal dari lubang tempat diletakkannya tonggak pemancang. Suara tersebut mengatakan bahwa di dalam lubang tersebut terdapat sebuah batu yang disebut 'Batu Pendapatan'. Mungkin disebut batu seperti itu, adalah karena didapatkan atau ditemukan.
Menurut Alfian, awal nya batu itu terbelah, separuh bisa diambil. Separuh lagi, tertinggal di bawah tonggak. Ketika digali, batu tersebut semakin masuk kedalam. Sehingga diputuskan dibiarkan saja.
Apakah gempa lokal kala itu adalah efek meteor yang jatuh? Dan batu itu adalah batu meteor. Wallohu'alam bisshowwab.
Uniknya, di batu tersebut memiliki sebuah lubang kecil bertuliskan lafaz Allah dan Muhammad. Entah bagaimana bisa demikian.
Lalu aku mencoba membuktikan.
Posisi kaki harus bersimpuh, membaca bismillah, sholawat 3x, niat dalam hati. Lalu kedua tanganku meraup kesisi bawah batu tersebut untuk aku angkat ke pahaku.
Apa yang terjadi? Bergerak pun tidak.
Aku coba tarik lagi. Tidak bergeser sedikitpun. Aku kerahkan semua tenagaku, tapi batu itu seperti terbenam dibumi. Tidak goyang sama sekali.
Subhanalloh, aku pun beristigfar. Aku mungkin terlalu takabur. Atau juga niatanku yang berlebihan.
Namun, ini proses penyadaran. Bahwa apapun di muka bumi ini adalah ciptaan Alloh SWT, tidak boleh diremehkan. Bahkan pada batu sekalipun. Bukan untuk disembah, dipercaya. Tapi tetap diyakini bahwa semua ciptaan yang ada di muka bumi ini, adalah milik Alloh Ta'ala.Jangan takabur ataupun berlebihan.
Sesuai saran Alfian, aku diminta istirahat dulu, membersihkan pikiran, dan memperbaiki niat. Jangan keberatan niat katanya sambil bercanda.
Okelah aku setuju.
Kurangi " banyak mau" jadi" sedikit mau" hehehe.
Lalu kucoba lagi. Lumayan, sudah bisa bergeser, lebih ringan dari di awal . Tapi tetap belum bisa aku letakkan dipangkuanku. Dua kali kulakukan, hasilnya hanya bergeser saja.
Aku tarik nafas lagi, ini yang ke empat.
Aku ubah niatku jadi satu niat saja.
Aku membayangkan wajah ibundaku yang baru selesai operasi. Bukan meminta pada batu, aku memohon pada Alloh SWT, agar ibundaku sehat seperti sediakala.
Bismillah, sholawat 3x dan "hup". Batu pun terangkat. Sangat mudah. Ringan.
Aku bengong. Antara percaya dan tidak.
Ini nyata. Bisa saja , batu meteor ini, kebetulan berubah beratnya, saat aku berniat seperti itu. Hanya , koq pas banget.
Berbeda dengan istriku.
Dengan bersimpuh, walau agak terhuyung, namun sekali geseran , batu pun " nangkring" di kedua pahanya. Hanya dengan sekali angkatan saja.
Aku bertanya apa saja yang jadi niatnya. " Hanya mohon pada Alloh SWT keluarga sakinah mawwaddah warrohmah".
Kesimpulannya, hidup itu sebetulnya sederhana. Kita yang membuat beratnya beban hidup. Karena banyaknya tuntutan , keinginan, kemauan. Dan mungkin gaya hidup yang berlebihan.
Jika ingin beban jadi ringan, sederhana kan saja keinginan kita. Karena berat ringannya beban hidup, tergantung berat ringannya kemampuan kita mengendalikan syahwat dan hawa nafsu.
Terimakasih atas ikhtibar yang indah dari Batu Angkek Angkek di Batu Sangkar Sumbar.
Batusangkar 18.10.2020
#ikhtibardokterblangkonputih
#travelinghisnindarsyah
Post a Comment