Hisnindarsyah
Rutinitas memang. Seperti makan obat tiga kali sehari. Begitupun dengan jariah rutin yang ditebar YBSI: Yayasan Bangun Sehat Indonesiaku.
Yayasan yang berdiri sejak duapuluh tahun yang lalu ini, mulai awal Juli 2020 , YBSI setiap minggu , membuat Senin Barokah dan Salam Jumah. Dan itu sudah menjadi rutinitas.
Berapapun yang kami miliki, berapapun yang dititipkan amanah jariah pada YBSI, itupun yang kami salurkan. Tidak ruwet. Tidak pusing. Bahkan bikin senang, happy dan bahagia. Akibatnya , efeknya, imunitas terjamin. Dan insya Alloh, kesehatan terjaga. Simple banget!
Namun ini bukan sekedar bicara rutinitas. Sekedar berbagi saja. Sekedar peduli saja.
Bukan.
Tapi disinilah saatnya , kita belajar melakuksn interaksi langsung, dengan masyarakat lapisan ' bawah'. Para buruh, tukang sayur, pedagang warungan, asongan, supir ojek, penarik becak. Dan berbagai profesi kelas bawah lainnya.
Yang sering kita, (utamanya kami sekekuarga) mengabaikannya.
Apalagi saat pandemi covid19, yang sudah berjalan memasuki bulan ke tujuh ini
Interaksi sosial inilah yang penting. Disitu kami, bisa mendapat informasi , mengapa mereka seolah lebih percaya hoax daripada info pemerintah. Mereka tahu tentang wabah Corona , tapi tidak peduli. Bukan 'seolah', tapi memang mereka terkesan 'masabodo' terhadap protokol kesehatan covid19.
Mengapa? Ini pertanyasn besarnya.
Kegiatan senin barokah yang diadakan di salah satu wilayah binaan YBSI ,
Wonokusumo Jaya Rw.11.Kel Pegirian Kec Semampir senin (28/9/2020,), memang selalu dipenuhi rasa antusias para penerima bantusn. Maklum, kondisi kesejahteraan mereka , di posisi pra sejahtera.
Wonokusumo Jaya Rw.11.Kel Pegirian Kec Semampir senin (28/9/2020,), memang selalu dipenuhi rasa antusias para penerima bantusn. Maklum, kondisi kesejahteraan mereka , di posisi pra sejahtera.
Tapi ini kondisi pandemi covid 19. Dan banyak dari mereka yang tak bermasker. Mungkin juga tidak peduli dgn cuci tangan. Apalagi kerumunan, tak mungkin dihindarkan.
Kalau sang korlap andalan abah Moch Alwi Alex , tidak " kenceng" mengkomando. Pasti pembagian sembako yang tidak banyak ini , bisa jadi huru hara. Chaos. Rusuh.
Namun , itu tidak terjadi. Karena sang Korlap andalan abah Alex yg telah menjadi relawan YBSI sejak 2004 dan ikut turun di berbagai lokasi bencana seperti Merapi, kelud dan Sampang bersama YBSI, sudah punya 'password' untuk.mengendalikan massa.
Sehingga ketua Umum YBSI Virly Mavitasari dan relawan lainnya, dapat melaksanakan tugas dengan tenang. Pembagian 50 box nasi dan 50 box paket bingkisan sembako, dapat berlangsung dengan lancar.
Namun, apa sebenarnya yang membuat mereka ' anti masker', tidak peduli untuk cuci tangan dengan sabun. Atau masih ' keukeh' ke pasar dan berjualan, tanpa peduli protokol kesehatsn.
Jawabnya ada dua hal:
Pertama, mereka butuh makan, butuh penghasilan. Butuh logistik. Sehingga logika dan rasional, mereka abaikan.
Kedua, mereka bingung dengan statement publik figure : bisa pejabat, artis, akademisi , praktisi, yang ada di media massa, online ,tivi yang menurut mereka, sangat saling bertentangan. .
Mereka bingung, harus ikut arahsn siapa dalam menghadapi Corona. Menurut mereka, antara satu pejabat dsn pejabat lain, berbeda dari statement yang dikeluarkan di media online.
Akibatnya sebagian percaya pada Covid19, sebagian lain , tidak percaya. Timbullah penganut teori konspirasi, budak WHO, corona rekayasa menghancurkan ekonomi. Dan segala macamnya. Dan yang percaya pada statement yang kedua ini, jumlahnya ssngat besaar. Sehingga wajar, jika Jatim khususnya Surabaya Raya belum berhasil, bisa mengendalikan Covid19.
" anak istri saya makan apa pak? Kalo saya tidsk buka warung, narik becak, ngasong, jaga parkir". Kata mereka. BTL ada, alhamdulillah, membantu. Tapi bertahan untuk berapa hari ? Berapa waktu?. " itu sebagian keluhan mereka.
" Kami, berterimakasih ada bantuan sembako seperti ini. Apalagi ada nasi box. Alhamdulillah. Karena ada teman yang sehari hanya bertahan dengan , minum teh dan pisang goreng. Tanpa nasi dan lauk.
Jika mau makan nasi dengan lauk. Ya mesti ' Alakoh': kerja. Padahal, kerja di era pandemi ini sungguh sangat mengkhawatirkan. Karena kesadaran terhadap protokol kesehatan masih sangat kurang", imbuh penjelasan mereka.
Ah , memang dilematis.
Kita meminta mereka patuh protokol kesehatan Covid19. Tapi kebutuhan dan kehidupan mereka, siapa yang menanggung?
Padahal ketika mereka sudah mulai turun ke jalan, berjualan dan bertahan hidup, tidak ada jaminan, mereka punya kesadaran yang cukup untuk patuh pada protokol kesehatan Covid19.
Rendahnya edukasi, statement pejabat publik yang membingungkan, tuntutan kehidupan yang meningkat, menjadi PR yang luar biasa berat bagi pemerintah saat ini.
Dan YBSI, lagi lagi hanya setitik debu yang ingin menjsdi bagian dari butiran pasir pantai bernama Jariah.
Terimkasih para saudara, sahabat, teman sejawat yang tetap istiqomah, bergandengan bersama YBSI. Memberi perhatian dan kepedulian . Sekaligus ber 'ikhtibar' , mengambil pelajaran hidup, tentang kondisi riil era pandemi di lapangan.
Dan Bukan sekedar katanya. Tapi bekerja.
Terimakasih istrinda Virly Mavitasari , yang sudah turun sendiri untuk berbagi. Termasuk membagi kisah ini. Untuk aku guratan dalam tulisan , sebagai muhasabah diri.
Terimakasih donatur, simpatisan YBSI , yang dengan keistiqomahannya, menitipkan amanah dan menjadi mitra YBSI
Semoga Alloh swt menjaga keistiqomahan ini.
Salam sehat dan semangat terus YBSI , relawan dan simpatisan/donatur YBSI
Kamis 1 oktober 2020
Dokterblangkonputih
Hisnindarsyah
Kereeeen...
ReplyDeleteMakasih (admin)
DeletePost a Comment