Memang ini suratan takdir. Dimanapun aku berada, selalu jumpa dengan orang perantauan dari Indonesia. Tiga suku terbesar yg sering aku temui di dalam dan di luar negeri. Padang, Bugis dan Madura.
Orang padang dengan rumah makannya, orang bugis dengan rupa rupa dagangannya. Sedangkan orang madura dengan kecanggihan cukurnya. Ini secara umum saja.
Ada juga , tukang sate di waserba Stadion Tengku Abdul Jalil di Kuala Lumpur. Yang kalau aku beli sepuluh, mesti dia beri lima belas. Minta nasi, ditambahi lontong. Sumpah. Baru ini ada pembeli diatur sama yang jual. Makan bukan lagi batasnya kenyang. Tapi kenyang kebangetan. Hehehe.
Ada lagi cerita , di port moresby PNG. Mengantri cukur, di salon yang cukup keren. Kita baru baru ini booming istilah Barber Shop. Dari yang sebelumnya , memakai istilah cukur rambut. Atau potong rambut. Padahal saat aku ke PNG tahun 1999, di pintu masuk tempat ' cukur rambut' , sudah tertulis jelas " Barber Shop Madura Asli", hahaha.
Mungkin dia khawatir dibilang madura imitasi. Madura bukan 'ori'. Seperti diriku, Madura KW. Ayah dari Pamekasan, Ibu dari trah kraton Solo Yogya. Akhirnya jadilah aku blasteran ayam bekisar .hahaha.
Tapi ini cerita hal yang lain. Di Tanjung Pinang, entah bagaimana, lagi lagi aku ketemu dengan orang Madura. Roy , namanya. Dia bukan orang Madura pada umumnya. Yang biasanya berjualan sate ataupun buka " barber shop". Dia buka usaha Prata. Kekhasan pratanya sangat terkenal sejak lama di Tanjung Pinang. Prata Roy, namanya. Dia belajar prata di Kuala lumpur. Lalu hijrah ke Tanjung Pinang. Untuk buka usaha prata dan aneka makanan lainnya. Dan booming. Sebooming, kelakuannya yang sudah dia sesali dan menyampaikan padaku. Tobatan Nasuha.
Alhamdulillah.
Sebagai sesama orang Madura, kami memang mudah akrab. Bahkan dia memasang fotoku di warungnya. Aku tanya "Buat apa Roy pasang fotoku? Lah aku bukan artis?". Dengan santai dia jawab" Lah kalo foto saya yang saya pasang, nanti yang liat malah maag nya kambuh pak. Diarenya kumat, pusing . Bisa bisa kesurupan
Susah saya pak, harus bawa ke rumah sakit. " ..hahaha..kami pun tertawa.Ada ada saja trik orang Madura , mempertahankan pelanggannya. "Tie up" istilah marketingnya mengangkat pelanggan potensial, sehingga jadi merasa dihormati. Dan targetnya, jadi pelanggan setia. Ini ilmu dari uda Hendri M. Chandra, yang rupanya dipraktekkan juga oleh orang Madura sekelas Roy Prata.
Tapi ada lagi cerita menarik tentang Roy.
Suatu malam kami duduk bertiga . Aku, Roy dan Uda Hendri M. Chandra. Sudah hampir 2 bulan, aku tidak ke tempatnya. Dan saat aku akan ke tempatnya, ternyata Roy sedang dapat ujian. Ayahnya wafat. Sehingga dia harus mudik. Cukup lama dia di Madura. 2 mingguan.
Saat balik kami pun ngobrol. Dan pastinya , karena sedang era pandemi Corona, maka aku bertanya bagaimana kondisi Corona di Madura saat ini.
" Di Madura tidak ada Corona pak, hidup biasa saja , normal saja. Di kampung saya malah banyak yang ngga pake masker. Sesek pak. Ta' nyaman ongguan( sungguh tidak enak ). ".
Aku kaget . Terkesima. Pantas saja Jatim berada di peringkat teratas angka paparan dan kematianbkarena covid19.
" Apa tidak diperlakukan Lock Down di Madura? Khan cukup tingga angka Covid19 di sana?", tanyaku.
" Apa pak? Lock Down ? Mau diberlakukan disana? Wah bakalan banyak yang pengajuan cerai pak. Dan demo besar besaran". Kata Roy.
Mulailah aku bingung, apa hubunganya Lock Down dengan perceraian. Kalo Lock Down dengan masalah ekonomi sosial, bisa jadi. Tapi ini koq dengan cerai? Aneh.
"Loh apa hubungannya Lock Down dengan cerai , Roy. Itu khan untuk mencegah penyebaran Corona dari luar kedalam atau sebaliknya".
Tiba tiba wajah Roy berubah, bengong, bingung. Dan agak kaget.Dia seperti berpikir.
"Woii, kenapa Roy? ", tanyaku." ternyata saya dan orang di kampung salah kira ya pak. Katanya Lock Down itu singkatan dari , Lock itu Kunci, Down itu Bawah. Jadi Lock Down itu, Bawahnya dikunci. Ya ngga mau saya pak. Orang sak madura juga ngga mau. Wong 'bagian bawah ' itu tempat enak. Koq disuruh dikunci Mending cerai atau demo saja orang sak madura kalo disuruh Lockdown: ngunci bawahnya",
AMBYAARRRRRRRRR
pantes aja PSBB di surabaya raya dan sekitarnya Gatot: Gagal Total.
Wong Lockdown koq bisa jadi Ngrendel Nganune..
Hahahaha.
Merdeka ! Madura Juga!
Ai lop you pull Reng Medure
Pertapaan RSAL Midianto 26 09.2020
Hisnindarsyah Madura KW1
Wkwkwk.. salah pengertian berujung perpecahan
ReplyDeleteWkwkwk mksh yaaa
ReplyDeleteBro.. kok aku salfok dengan keberadaan soto semngkuk penuh di foto itu ya..?
ReplyDeleteMenurut penulis , itu bukan soto tapi sate...salam seduluran dari penulis( admin)
DeletePost a Comment